Aksi Ambil Untung Menahan Laju IHSG

BERITA - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum beres menembus level 7.300 lantaran tekanan ala kaum emiten yang mendapat bobot cukup besar ke IHSG.
Analis Investindo Nusantara Sekuritas, Pandhu Dewanto menuturkan IHSG tidak terkabul bertahan dalam atas 7.300 lantaran gerakan profit taking setelah kenaikan yang cukup drastis.
Asal mengerti saja, IHSG melaju setelah hadirnya GOTO sebagai penberlabuh aktual dalam BEI atas market cap ranking 3. Namun, kenaikan GOTO tidak berlanjut sehingga IHSG pun terimbas karena bobotnya yang buntal.
Kemudian, pergerakan sektor perbankan masih cenderung sideways agak menjadi pemberat IHSG. Selain itu sektor consumer, properti, maka konstruksi masih beralih terdalam tren turun senyampang beberapa pekan terakhir.
Kekhawatiran selama merosotnya daya beli akibat inflasi selanjutnya kenaikan tarif PPN menjadi sentimen negatif antara sektor consumer. Lalu, tinggi harganya harga komoditas terus menggerus laba para emiten consumer karena harga bahan baku melonjak.
Sedangkan sektor properti tertekan karena khawatir kenaikan suku bunga. Menurunnya agungan insentif demi pemerintah agak mengurangi potensi pertumbuhan.
"Sektor lain yang masih relatif bokoh adalah konstruksi dan semen, secara kinerja termasuk yang paling pelan antara dalam pemulihan karena anggaran masih diprioritaskan ke sektor kesehatan tahun lintas sehingga penuh proyek yang tertunda," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (14/4).
Walau begitu, ia melihat IHSG engat saat ini masih berada ekstra dalam tren menguat. Dorongan capital inflow selaku ciri utama atas net buy asing semasih tahun berjalan ini (ytd) sudah mencapai lebih mengenai Rp 50 triliun di pasar regular.
"Belum ada tanda-tanda capital inflow ini berhenti, sempat terjadi netsell hari ini karena transaksi negosiasi, tapi kurang menggambarkan kondisi pasar yang mana dempet regular masih net buy lebih melalui Rp 489 miliar," paparnya.
Dia pun melihat ada potensi menarik dari jasa perbankan menjelang rilis laporan keuangan kuartal pertama adapun diperkirakan akan mencatatkan hasil adapun tepat.
Menurutnya, jika dilihat melalui laporan bulanan sangkat Februari kemarin, kurang lebih bank sudah mencatatkan pertumbuhan laba yang signifikan, bagaikan BBCA naik 23% yoy, BBRI naik 29%, BMRI naik 57% dan BBNI naik 88%.
Ini mendasari keyakinannya bahwa sektor perbankan akan membukukan kinerja yang cemerlang cukup kuartal teristimewa tahun ini. "Jika bank big caps ini beranjak tentu akan membawa IHSG menguat signifikan karena masing-masing mempunyai bobot yang relatif kelonggaran," sambungnya.
Pandhu memproyeksikan resistance IHSG berada di level all time high-nya yang awal pekan ini di level 7.355. Harapannya akhir bulan ini sudah dapat ditembus dengan katalis dari rilisnya laporan keuangan kuartal pertama ini.
Sementara untuk target sampai-sampai akhir tahun Investindo Nusantara Sekuritas melihat ada potensi IHSG menguat sampai-sampai 7.750, mengingat harga komoditas yang masih agung sampai-sampai saat ini akan berprofesi motor bagi perekonomian Indonesia.
"Selain itu daya beli masyarakat juga sewajibnya sudah semakin pulih, lebih nyali besar melakukan spending menjelang lebaran ini sesantak diharapkan dapat memberikan dorongan penguatan lebih lanjut," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel adapun lain antara Google News