Siklus menstruasi merupakan proses alami yang terjadi pada tubuh wanita setiap bulan. Siklus ini berlangsung dalam rentang waktu 21–35 hari, dengan durasi menstruasi sekitar 2–7 hari. Selama siklus ini, terjadi berbagai perubahan dalam tubuh, terutama pada sistem reproduksi, yang dipengaruhi oleh hormon. Memahami siklus menstruasi sangat penting, baik untuk menjaga kesehatan reproduksi maupun untuk merencanakan kehamilan.
Siklus menstruasi dibagi menjadi beberapa fase yang berlangsung secara berulang setiap bulannya. Setiap fase memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan reproduksi wanita.
Fase menstruasi adalah tahap awal dari siklus menstruasi. Pada fase ini, lapisan dinding rahim yang telah menebal akan meluruh menjadi darah menstruasi karena tidak terjadi pembuahan. Darah ini akan keluar melalui vagina selama 2–7 hari dengan volume sekitar 30–40 mililiter.
Selama tiga hari pertama, biasanya darah yang keluar lebih banyak. Pada saat ini, wanita sering mengalami nyeri haid atau kram di bagian perut bawah, punggung, dan panggul. Hal ini terjadi karena peningkatan hormon prostaglandin yang memicu kontraksi rahim untuk membantu pengeluaran darah menstruasi.
Gejala lain yang bisa menyertai fase menstruasi antara lain:
Setelah menstruasi selesai, tubuh mulai mempersiapkan diri untuk ovulasi. Fase ini dimulai dengan meningkatnya kadar hormon perangsang folikel (follicle-stimulating hormone atau FSH), yang merangsang pertumbuhan folikel di ovarium.
Di dalam setiap folikel terdapat sel telur yang sedang berkembang. Pada akhir fase ini, salah satu folikel akan menjadi dominan dan siap untuk dilepaskan saat ovulasi. Selain itu, dinding rahim kembali menebal untuk mempersiapkan tempat bagi sel telur yang telah dibuahi.
Ovulasi merupakan fase paling penting dalam siklus menstruasi. Pada fase ini, folikel dominan pecah dan melepaskan sel telur ke dalam tuba falopi. Sel telur ini bisa bertahan selama 24 jam untuk dibuahi oleh sperma.
Ovulasi biasanya terjadi sekitar hari ke-14 dari siklus menstruasi pada wanita yang memiliki siklus 28 hari. Namun, hal ini dapat berbeda-beda tergantung pada panjang siklus masing-masing individu. Selama masa ini, seorang wanita memiliki peluang terbesar untuk hamil.
Setelah ovulasi, folikel yang pecah akan berubah menjadi korpus luteum, yang berfungsi untuk memproduksi hormon progesteron. Hormon ini membantu menebalkan dinding rahim agar siap menerima sel telur yang telah dibuahi.
Jika pembuahan tidak terjadi, korpus luteum akan mengecil dan berhenti memproduksi progesteron. Akibatnya, kadar hormon estrogen dan progesteron menurun, menyebabkan dinding rahim kembali meluruh dan memulai fase menstruasi berikutnya.
Gejala pramenstruasi (premenstrual syndrome atau PMS) yang umum terjadi pada fase ini meliputi:
Siklus menstruasi dipengaruhi oleh beberapa hormon yang bekerja secara teratur dalam tubuh. Berikut adalah hormon-hormon yang berperan dalam mengatur siklus menstruasi:
Hormon estrogen diproduksi oleh ovarium dan memiliki peran penting dalam pembentukan kembali lapisan rahim setelah menstruasi. Selain itu, hormon ini juga berperan dalam pematangan folikel dan ovulasi.
Hormon progesteron bekerja bersama dengan estrogen untuk menjaga keseimbangan siklus reproduksi. Setelah ovulasi, hormon ini membantu menebalkan dinding rahim sebagai persiapan untuk kehamilan. Jika tidak ada pembuahan, kadar progesteron akan turun dan menyebabkan menstruasi.
FSH diproduksi oleh kelenjar pituitari di otak dan berfungsi untuk merangsang pertumbuhan folikel di ovarium. Folikel yang berkembang akan menghasilkan estrogen dan mempersiapkan ovulasi.
LH juga diproduksi oleh kelenjar pituitari dan berperan dalam pematangan serta pelepasan sel telur saat ovulasi. Peningkatan kadar LH yang drastis menandakan bahwa ovulasi akan segera terjadi.
GnRH adalah hormon yang diproduksi oleh otak dan berperan dalam mengatur pelepasan FSH dan LH. Hormon ini berfungsi sebagai pengendali utama dalam siklus menstruasi.
Agar siklus menstruasi tetap teratur dan tubuh tetap sehat, ada beberapa hal yang bisa dilakukan:
Makanan yang kaya akan zat besi, vitamin B, dan magnesium sangat baik untuk mendukung kesehatan selama menstruasi.
Melakukan olahraga ringan seperti yoga atau jalan kaki dapat membantu mengurangi nyeri haid dan meningkatkan suasana hati.
Stres berlebihan dapat memengaruhi keseimbangan hormon dan menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur. Meditasi dan teknik relaksasi dapat membantu mengatasinya.
Merokok dan konsumsi alkohol berlebihan dapat mengganggu keseimbangan hormon dan memicu gangguan menstruasi.
Memahami siklus menstruasi sangat penting bagi kesehatan reproduksi wanita. Siklus ini terdiri dari beberapa fase, yaitu menstruasi, folikular, ovulasi, dan luteal, yang semuanya dikendalikan oleh hormon-hormon tertentu. Dengan menjaga pola hidup sehat, wanita dapat menjalani siklus menstruasi yang lebih teratur dan bebas dari gangguan.
Baca Juga: Memahami Gangguan Bursitis: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan