Cabut gigi merupakan prosedur medis yang sering dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah gigi, seperti gigi rusak atau tumbuh tidak normal. Namun, tidak semua orang dapat menjalani prosedur ini dengan aman. Ada beberapa kondisi kesehatan yang mengharuskan Anda untuk menunda atau bahkan menghindari pencabutan gigi. Mengetahui kondisi-kondisi ini penting agar terhindar dari komplikasi serius.
Sebelum memutuskan untuk cabut gigi, penting bagi Anda untuk memahami kondisi-kondisi kesehatan tertentu yang dapat menyebabkan risiko saat menjalani prosedur ini. Berikut beberapa kondisi yang tidak memperbolehkan Anda melakukan cabut gigi.
Jika Anda mengalami infeksi gigi atau gusi yang parah, seperti radang gusi (gingivitis) atau abses gigi, sebaiknya hindari prosedur cabut gigi. Infeksi aktif di rongga mulut dapat menyebar lebih luas jika dilakukan pencabutan, dan anestesi lokal juga mungkin tidak bekerja dengan efektif. Dokter akan menyarankan perawatan antibiotik terlebih dahulu untuk meredakan infeksi sebelum cabut gigi.
Ibu hamil sebaiknya tidak melakukan cabut gigi pada trimester pertama karena ada risiko obat-obatan mengganggu perkembangan janin. Pada trimester ketiga, ibu hamil mungkin merasa tidak nyaman berbaring lama, sehingga disarankan untuk menunda cabut gigi sampai setelah melahirkan atau melakukannya pada trimester kedua jika benar-benar diperlukan.
Pengidap alergi terhadap anestesi atau obat-obatan tertentu perlu waspada sebelum melakukan cabut gigi. Alergi terhadap anestesi dapat menimbulkan reaksi yang membahayakan, seperti ruam, pembengkakan, hingga tekanan darah rendah. Diskusikan dengan dokter mengenai riwayat alergi Anda agar tindakan pencegahan bisa dilakukan, seperti tes alergi atau penyesuaian jenis anestesi.
Penderita gangguan kekebalan tubuh, seperti pasien HIV/AIDS atau yang sedang menjalani kemoterapi, lebih rentan terhadap infeksi. Prosedur cabut gigi pada pasien ini harus dilakukan dengan persiapan khusus, biasanya dengan pemberian antibiotik sebelum tindakan untuk mencegah infeksi serius. Risiko osteonekrosis rahang juga perlu diperhatikan pada pasien yang mengonsumsi obat imunosupresan.
Penderita diabetes dengan kadar gula yang tidak terkontrol disarankan untuk tidak melakukan cabut gigi. Diabetes yang tidak terkendali dapat menghambat proses penyembuhan luka dan meningkatkan risiko infeksi setelah prosedur cabut gigi. Pastikan gula darah Anda stabil terlebih dahulu sebelum menjalani prosedur ini.
Pasien yang baru saja mengalami serangan jantung atau stroke disarankan untuk tidak melakukan cabut gigi segera setelah kejadian tersebut. Kondisi ini membutuhkan waktu pemulihan yang cukup untuk menurunkan risiko komplikasi, seperti perdarahan. Dokter mungkin menyarankan Anda untuk menunda prosedur hingga beberapa bulan.
Penggunaan obat pengencer darah, seperti antikoagulan, dapat meningkatkan risiko perdarahan saat dan setelah cabut gigi. Beri tahu dokter mengenai obat-obatan yang sedang Anda konsumsi. Dokter mungkin akan menyarankan untuk menghentikan obat sementara waktu atau menyesuaikan dosisnya agar prosedur dapat dilakukan dengan aman.
Jika Anda berada dalam kondisi yang mengharuskan penundaan cabut gigi, berikut beberapa langkah yang bisa membantu Anda mempersiapkan diri agar prosedur dapat dilakukan dengan aman:
Prosedur cabut gigi tidak selalu aman untuk semua orang, terutama bagi mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu seperti infeksi, kehamilan, alergi, dan gangguan kekebalan tubuh. Konsultasi dengan dokter gigi atau spesialis terkait sangat penting agar prosedur ini dapat dilakukan dengan aman. Dengan penanganan yang tepat, Anda dapat meminimalkan risiko komplikasi yang mungkin timbul.
Baca Juga: Apakah HIV Bisa Sembuh? Gejala, Penyebab, dan Tips Menjalani Hidup
Baca Juga: Beberapa Obat Mencret Dewasa Paling Ampuh Alami yang Bisa Dicoba