Pemberian cairan infus adalah salah satu metode terapi medis yang sering digunakan untuk berbagai kondisi, mulai dari dehidrasi hingga pengobatan penyakit serius. Agar dosis obat atau cairan yang diterima pasien tepat, penting bagi tenaga medis untuk mengetahui cara menghitung tetesan infus dengan benar. Berikut adalah panduan lengkap cara menghitung tetesan infus dan berbagai faktor yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini.
Sebelum melakukan perhitungan tetesan infus, perawat atau tenaga medis harus mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan. Alat-alat tersebut meliputi cairan infus, set infus, jarum infus, sarung tangan medis, kain kasa, dan tourniquet. Penting juga untuk memahami jenis set infus yang akan digunakan, apakah menggunakan set makro atau mikro, karena faktor ini akan mempengaruhi jumlah tetesan per menit.
Ada dua jenis set infus yang umum digunakan, yaitu macro drip dan micro drip. Macro drip menghasilkan tetesan lebih besar, biasanya 10–20 tetesan per mililiter (gtt/ml). Ini sering digunakan untuk orang dewasa dan kondisi yang membutuhkan pemberian cairan cepat, seperti transfusi darah. Sementara itu, micro drip menghasilkan tetesan yang lebih kecil, sekitar 60–80 tetesan per ml, cocok untuk pasien anak-anak atau kondisi medis tertentu seperti gagal jantung.
Ketika cairan infus diberikan secara manual, perawat perlu menghitung tetesan infus untuk mengetahui jumlah tetesan per menit atau tetes per menit (TPM). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Jumlah Tetesan per Menit (TPM) = (Faktor Tetes x Volume Cairan) / (Lama Pemberian x 60)
Pasien A membutuhkan cairan saline normal sebanyak 1.000 ml selama 8 jam, dengan set makro yang memiliki faktor tetes 15 gtt/ml. Perhitungannya sebagai berikut:
TPM = (15 x 1000) / (8 x 60) = 31,25 atau dibulatkan menjadi 32 tetes per menit.
Pasien B memerlukan cairan dextrose 5% sebanyak 500 ml dalam 12 jam, menggunakan set mikro dengan faktor tetes 60 gtt/ml. Cara menghitungnya:
TPM = (60 x 500) / (12 x 60) = 41,67 atau dibulatkan menjadi 42 tetes per menit.
Jenis cairan infus yang diberikan juga mempengaruhi perhitungan dosis dan laju pemberian infus. Cairan infus biasanya dibagi menjadi dua kategori: kristaloid dan koloid. Pemilihan cairan yang tepat bergantung pada kondisi pasien, seperti tingkat dehidrasi atau kebutuhan elektrolit tubuh.
Cairan kristaloid mengandung molekul kecil, seperti garam atau gula, yang larut dalam air. Ini digunakan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang akibat dehidrasi atau diare. Contoh cairan kristaloid antara lain saline (NaCl) untuk dehidrasi dan dextrose untuk meningkatkan kadar gula darah.
Cairan koloid mengandung molekul besar yang cenderung tetap dalam pembuluh darah, digunakan pada pasien yang memerlukan peningkatan volume darah, seperti pada kasus operasi besar. Contoh cairan koloid adalah albumin dan hetastarch, yang masing-masing diberikan untuk menggantikan protein darah dan meningkatkan volume plasma.
Mengatur tetesan infus dengan tepat penting untuk mencegah overdosis atau pemberian obat yang terlalu lambat. Berikut beberapa tips untuk memastikan pengaturan tetesan infus yang benar:
Menghitung tetesan infus memerlukan pemahaman tentang faktor tetes, jenis cairan infus, dan kondisi pasien. Dengan menggunakan rumus yang tepat dan memperhatikan faktor-faktor ini, tenaga medis dapat memastikan bahwa pasien menerima cairan infus dalam dosis yang aman dan efektif. Sebagai pasien, sebaiknya tidak mengatur infus sendiri tanpa pengawasan medis. Jika ada masalah, segera informasikan pada perawat atau tenaga medis yang berwenang.
Baca Juga: Ini Dia Manfaat Kunyit Asam untuk Kesehatan dan Kecantikan
Baca Juga: Makanan yang Bikin Gemuk: Hindari Jika Ingin Menjaga Berat Badan